Tuesday, November 18, 2014

Pemikiran Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Tentang Pendidikan Islam Perempuan Dan Implementasinya di Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah di Lombok, Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.


ABSTRAK
Ulyan Nasri, Pemikiran Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Tentang Pendidikan Islam Perempuan Dan Implementasinya di Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah di Lombok, Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Kegelisahan akademik penulis sehingga menarik untuk diteliti yaitu Pertama, berangkat dari refleksi historis tentang Madrasah NBDI yang didirikan pada tahun 1943. Di mana pada tahun 1942-1945 merupakan tahun berkuasanya imperialisme Jepang. Di masa kolonialisme Jepang, lembaga pendidikan Islam (madrasah) mendapat ancaman ditutup. Kedua, faktor budaya patriarkhi yang beranggapan bahwa perempuan diasumsikan berada hanya didomain domestik an sich dan perempuan tidak diberikan kebebasan untuk keluar dan sekolah karena diklaim melanggar adat, serta perempuan lebih dominan mendapat diskriminasi (violence), marginalisasi, subordinasi, double burden dan streotipe Ketiga, lembaga pendidikan Islam formal belum ada.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan penelitian ini adalah kajian historis, sumber data primer, yaitu karyanya dalam Wasiat Renungan Masa I dan II. Sedangkan sumber data sekunder, yaitu buku-buku yang telah mengkaji pemikiran Zainuddin dan buku-buku yang berkaitan. Teknik penggalian data menggunakan metode wawancara tidak struktur (tidak tertulis), observasi, dan dokumentasi. Kemudian pendekatannya menggunakan pendekatan sosio-historis.
Teori yang digunakan untuk menyoroti pemikiran Zainuddin adalah teori pendidikan, pendidikan Islam, Islam dan pendidikan perempuan, dan pendidikan berwawasan gender. Teori tentang keseteraan, demokrasi, keadilan, dan kebebasan dalam memperoleh pendidikan merupakan klasifikasi teori yang ditawarkan oleh Muhammad Athiyah al-Abrasyi merupakan teori yang digunakan untuk menganalsis pemikiran Zainuddin. Sedangkan teori tentang pendidikan berwawasan gender yang ditawarkan Mansour Fakih tentang keadilan bagi kedua jenis dalam memperoleh pendidikan merupakan teori yang digunakan untuk mencari relevansi pemikiran Zainuddin.
Hasil penelitian dalam tesis ini secara eksplisit pemikirannya tentang perempuan dapat dibagi menjadi dua paradigma yaitu, pandangan teologis dan sosiologis. Pertama, pandangan teologisnya, berangkat dari salah satu hadis yang mewajibkan laki-laki dan perempaun untuk menuntut ilmu. Kedua, pandangan sosiologisnya sehingga Zanuddin melakukan emansipasi perempuan untuk mendapatkan pendidikan dilatarbelakangi dengan kondisi perempuan yang terbelakang dari aspek pendidikan, karena faktor budaya patriarki.
Implementasi pemikiran Zainuddin teraktualisasi melalui dua lembaga pendidikan Islam yaitu madarasah NWDI untuk kaum laki-laki dan madrasah NBDI untuk kaum perempuan, dua lembaga ini merupakan bukti historis yang memliliki nilai keadilan gender dalam pendidikan, maka apabila direlevansikan pemikiran Zainuddin dengan konsep pendidikan berwawasan gender jelas memiliki keterkaitan, karena istilah gender lahir berdasarkan faktor ketidakadilan bagi salah satu jenis kelamin. Keadilan bagi kedua jenis dalam aspek pendidikan dapat dilihat dari dua lembaga pendidikan Islam yang didirikannya.
Kata Kunci: Pemikiran TGKH. M. Zainuddin AM, Pendidikan Berwawasan Gender

1 comments:

  1. semoga penelitian bisa menjadi salah satu tambahan refrensi bagi kader NW di Jogja pada khususnya, dan kader NW pada umumnya.

    ReplyDelete